Salam,
Anak-anak kitakah yang memikul beban,
Kesilapan kita,
Hingga dia tak kenal,
Budaya canggung bangsa sendiri,
Selamatkan anak kita,
Dari padang jerangkap samar,
Kesilapan kita,
Hingga dia tak kenal,
Budaya canggung bangsa sendiri,
Selamatkan anak kita,
Dari padang jerangkap samar,
meminjam susunan kata dari suara nusantara penyair tersohor M.Nasir agar dapat difahami bersama apa yang disiulkan oleh manusia berhati puisi ini.
Anak-anak kitakah yang memikul beban kesilapan kita?
persoalan ini selalu bermain dikotak permikiran kita. adakah benar ia terjadi? atau sekadar peringatan pada kemudian hari?
jika benar, kesilapan itu perlu diperbetulkan agar ia berhenti membebani anak-anak kita dengan dosa dan khilaf yang telah tercalit dalam lipatan sejarah malah telah menjadi satu ikutan serta pegangan ke jalan kegelapan oleh anak-anak kita yang mewarisi kesalahan itu.
kita acap kali dihujani dengan kisah-kisah menyentuh hati yang munculnya dari gelagat dan ragam anak-anak kita yang lupa dan tidak kenal akan budaya bangsa sendiri. mana dia si sopan santun berbudi bahasa? jika hanya dipertontonkan dengan lakonan sosial yang keterlaluan. kadang-kadang sampi menitis air mata bonda melihat si anak menjadi insan derhaka, sampai tercabar kesabaran si tua melihat kebiadapan si anak bangsa. sudah tenggelam budaya bangsa dek kerakusan kemajuan tanpa diselitkan erti peradaban.
selamatkan anak kita daripada jerangkap samar. si tua sudah tidak mampu berkata-kata. si bonda hanya terpaksa memandang dan menggelengkan kepala. mengeluh seribu bahasa sebagai tanda kecewa sikap anak-anak kita. aduh... sampai bila ia terus menghantui anak-anak kita?
anak-anak kita perlu sedar akan kesilapan ini. moga ia tidak berulang di kemudian hari. biarkan ia hanya menjadi segumpal coretan, ia tidak perlu dirungkaikan menjadi ikutan. biarkan ia ditelan lipatan hari demi hari. kerana anak-anak kita perlu terus mewarnai kehidupan ini.
anak-anak kita perlu dimerdekan segalanya untuk menilai dan memilih haluan kehidupan ini tanpa dihujani bebanan kesilapan itu.jika ia terus menyelubungi saraf-saraf pemikiran anak kita, kita perlu panggil pulang, perlu ajar tentang budaya agar jangan sampai jadi hamba.
anak-anak kita perlu pulang jauh dizaman lampau agar kenal apa itu budaya. agar kenal siapa pendusta. agar mampu mengubah masa depan. jangan lagi leka bermain lastik dan berpestolan didalam berlukar tanpa kenal erti budaya dalam kehidupan.
No comments:
Post a Comment